Thursday, December 16, 2010

Hambatan2 dalam belajar

Kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan, ataupun gangguan dalam belajar.
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik (Academic Performance) yang memuaskan. Namun, dari kenyataan dalam sehari-hari, tampak jelas bahwa siswa itu mempunyai perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa yang lainnya.
Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah-sekolah kita pada umumnya hanya ditujukan pada siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga para siswa yang berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian, siswa yang berkategori “diluar rata-rat” itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadahi untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya. Dari sinilah kemudian timbul apa yang disebut kesulitan belajar (Learning Dificullity) yang tidak hany menimpa siswa yang berkemampuan saja, tetapi dialami juga oleh siswa yang bermampuan tinggi. Selain itu, kesulitan belajar, juga dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rat (normal) disebabkan oleh faktor-faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik sesuai dengan harapan.
Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing pengertian tersebut.
  1. Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
  2. Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
  3. Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
  4. Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama.
  5. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
    1. Faktor-faktor kesulitan belajar
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah.
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri dari dua macam.
  1. Faktor Intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa tersebut.
  2. Faktor ekstern sisa, yakni hak-hak atau keadaan yang datang dari luar diri siswa.
Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan yang antara lain tersebut di bawah ini :
  1. Faktor intern siswa
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurangmampuan psikofisik siswa, yakni :
  1. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual/intelegensi siswa;
  2. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
  3. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihat dan pendengar (mata dan telinga).
  1. Faktor ekstern siswa
Yakni kesulitan yang datang dari luar diri siswa. Faktor eksternal siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa.

  1. Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk faktor ini antara lain seperti cara mendidik orang tua yang salah, hubungan kurang harmonis antara orang tua dan anak, tauladan buruk dari orang tua serta kondisi ekonomi yang terlampau kaya atau miskin,

  1. Lembaga pendidikan atau sekolah
Begitu juga sekolah juga bisa menjadi faktor penyebab kesulitan belajar diantaranya:
  • Terdapat masalah pada guru, diantaranya guru tidak sesuai kelifikasi keilmuan, hubungan guru dengan murid kurang baik, dan guru menuntut standard pelajaran diatas kemampuan murid-muridnya.
  • Alat pelajaran yang kurang lengkap.
  • Kondisi gedung yang tidak kondusif, seperti terlalu sempit/lebar, dekat dengan pasar dan lain sebagainya.
  • Kurikulum yang kurang baik, misalnya bahan-bahannya terlalu tinggi, pembagian bahan tidak seimbang dan lain sebagainya.
  • Waktu sekolah yang tidak efektif, misalnya masuk sekolah terlalu lama, masuk sekolah pada siang atau malam hari dan lain-lain.

  1. Lingkungan
Lingkungan yang salah juga akan menimbukan kesulitan dalam belajar. Misalnya teman bergaul yang rusak, lingkungan tetangga yang tidak harmonis, dan terlalu padat dalam mengikuti organisasi atau kursus.

  1. Negara
Aturan dari negara yang kurang mendukung proses belajar mengajar juga bisa menjadi faktor penyebab kesulitan belajar.

Selain faktor-faktor yang bersifat umum diatas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar pada siswa. Diantara faktor-faktor yang dipandang sebagai faktor khusus ialah sindrom psikologis berupa Learning disability (keridakmampuan belajar). Sindrom (Syndrome) yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indicator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1988) yang menimbulkan kesulitan belajar itu.
  1. Disleksia (Dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca.
  2. Disgrafia (Dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
  3. Diskalkulia (Dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.

          Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom diatas secara umum sebenarnya memeliki IQ yang normal bahkan diantaranya ada yng memilki kecerdasan diatas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang memnderita sindro-sindrom tadi mungking hanya disebabkan oleh adanya minimal Brain Dysfunction yaitu gangguan ringan pada otot (Lask, 1985: Reber, 1988).
    1. contoh-contoh kesulitan belajar
          Anak yang memiliki keterlambatan kemampuan membaca, mengalami kesulitan dalam mengartikan atau mengenali struktur kata-kata (misalnya huruf atau suara yang seharusnya tidak diucapkan, sisipan, penggantian atau kebalikan) atau memahaminya (misalnya, memahami fakta-fakta dasar, gagasan, utama, urutan peristiwa, atau topic sebuah bacaan). Mereka juga mengalami kesulitan lain seperti cepat melupakanapa yang telah dibacanya. Sebagian ahli berpendapat bahwa seperti itu merupakan dasar bagi keterlambatan kemampuan membaca. Istilah yang sering digunakan untuk menyebut keterlambatan membaca adalah disleksia.
Dalam sebuah pelatihan menjadi ahli ilmu kesehatan anak, terdapat seorang ahli ilmu kesehatan yang bernama Stephen yang tidak pernah menulis apapun di ataskertas.Ia menggunakan mesin ketik yang dapat dibawa kemana-mana (portable) untuk segala sesuatu laporan pasien, catatan singkat. Kemudian diketahui bahwa Stephen memang tidakdapatmenulis secara jelas.seberapapun ia mencoba dengan kerasia tidakdapat menulis apapun dengan jelas, sehingga dia dan orang lain tidakdapat membaca tulisan tangannya.
Anak yang mengalami problem dyscalculia merupakan anak yang memiliki masalah pada kemampuan menghitung.Anak tersebut tentunya belum tentu anak yang bodoh dalam hal yang lain, hanya saja ia mengalami masalah dengan kemampuan menghitungnya. Untuk lebih jelas mengenaig ambaran anak yang mengalami problem dyscalculia, perhatikanlah contoh kasus berikut.
       SeoranganakbersamaJesica (sepuluhtahun, duduk di kelas V) didapati mengalami masalah dengan matapelajaran matematika.Nilai matematika yang Jessica dapat selalu rendah, walaupun pada matapelajaran lain, nilainya baik.Lalu seorang guru memanggilnya, dan memberinya lembar kertasdan pensil dan memintanya menyelesaikan soal berikut :Jones seorang petani memiliki 25 pohon apel dan tiap pohon menghasilkan 50 kilogram apel pertahun, berapa kilogram apel yang dihaislkan Jones tiap tahun?. Ia berusaha keras menemukan jawabannya tetapi tetap tidak bisa. Ketika guru bertanya bagaimana cara menyelesaikan, ia menjawab, ia harus mengalikan 25 dengan 50, akan tetapi ia tidak dapat menghitungnya. Kemudian guru memberinya kalkulator, dan kemudian ia dapat menghitungnya. Inilah gambaran seorang anak yang mengalami problem “dyscalculia”

1 comment:

ur comment !