Sunday, October 24, 2010

Cara Asyik Belajar Matematika


“Vi, Vi, percaya enggak kalau Kak Asro bisa menebak isi hati seseorang!” kata Asro di suatu sore hari. Alvi duduk dekat ayah, sedangkan Asro duduk dekat Ibu.
“Ah, bohong, enggak percaya!”
“Oke, sekarang coba kamu pikirkan sebuah bilangan. Akan Kakak buktikan kalau Kakak bisa menebak bilangan yang kamu simpan dalam hatimu!” kata Asro pada Alvi.
“Iya, aku sudah memikirkan sebuah bilangan dalam hati!” kata Alvi menuruti kata-kata Asro.
“Sekarang, coba kalikan bilangan yang kamu simpan dengan 4,” lanjut Asro meminta Alvi.
“Sudah!”
“Hasilnya tambahkan dengan 5″
“Sudah!”
“Berapa hasil akhirnya?”
“17.”
“Mmm… pasti bilangan yang kamu simpan dalam hati adalah 3, bener, kan?”
“Haa… bener, kok bisa sih?”
“Hahaha… tuh kan akhirnya kamu percaya kalau Kak Asro bisa menebak isi hati seseorang!” kata Asro tertawa bangga.
“Kasih tahu, dong, caranya…” rengek Alvi.
===Dan seterusnya.===
Ya, itulah satu contoh penggalan isi buku “Ngobrol Mat: Cara Asyik Belajar Matematika” yang saya tulis dan baru saja diterbitkan oleh Gagasmedia, Jakarta, pada akhir Maret 2010 ini.
Buku ini mengandung obrolan-obrolan berbentuk cerita seputar matematika yang ditulis berdasarkan pengamatan, pengalaman sehari-hari, dan berlandasakan teori pendidikan matematika yang sedang digandrungi di berbagai belahan dunia saat ini. Obrolan-obrolan atau cerita matematika yang dituangkan bisa dikatakan sangatlah ringan dan dapat dinikmati siapa saja sebab ditulis dengan bahasa sederhana, bahasa obrolan sehari-hari berdasarkan pengamatan dan pengalaman. Tak hanya itu, buku tersebut ditulis berdasarkan hasil riset terbaru dalam bidang Realistic Mathematics Education yang tekanan utamanya adalah mengembangkan kemampuan problem solving atau pemecahan masalah dan berpikir kreatif, khususnya dalam matematika.
Selain dua kelebihan tersebut, buku “Ngobrol Mat” pun memiliki kelebihan-kelebihan lain yang tak dipunyai oleh buku-buku yang pernah hadir di tanah air. Pertama, obrolan-obrolan matematika yang ada tertuang lewat perilaku yang diperankan oleh tokoh cerita secara lugas, sederhana, cerdas, tak dibuat-buat, dan khas Indonesia. Anda yang membacanya, hampir dapat dipastikan, akan aktif terlibat dalam suasana cerita.
Kedua, ‘wajah’ matematika yang tampak di buku ini, bukanlah wajah matematika yang selama ini digambarkan oleh buku-buku matematika yang pernah ada. Tetapi yang tampak adalah ‘wajah’ matematika yang bersahabat, akrab bagi siapapun yang membacanya. Mengapa begitu? Matematika yang ditampilkan di buku ini adalah matematika yang benar-benar sesuai wujudnya sebagai “aktivitas manusia.”
Ketiga, untuk memahami buku ini, Anda tak perlu memiliki pengetahuan matematika yang tinggi. Cukup berbekal pengetahuan matematika SD, Anda akan dapat memahaminya dengan baik. Oleh karena itu, selain untuk umum, buku ini amat cocok dibaca oleh para siswa SD (khususnya mulai kelas 4), SMP, dan SMA.
Keempat, buku ini dapat dipakai oleh para mahasiswa calon guru, guru matematika sebagai bahan rujukan untuk mengenalkan matematika secara ringan, asyik, dan menyenangkan. Selain itu, buku ini dapat dimanfaatkan sebagai rujukan bagaimana mengajarkan matematika secara kreatif dan bakal disukai siswa.
Tentu, masih banyak lagi kelebihan-kelebihan lainnya. Tidak percaya? Silakan buktikan sendiri kelebihan-kelebihan yang sudah dikemukakan tadi, dan temukan kelebihan-kelebihan lainnya. Caranya? Tentu dengan membaca dan mengkritisi buku “Ngobrol Mat” ini. Ok? :)
==============================================
Ya sudah, sampai di sini dulu ya jumpa kita kali ini. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat. Amin.

Proses Belajar Mengajar yang Efektif dan Efisien

Menurut Popham dan Baker dalam Hadi dkk (1992), proses belajar mengajar yang efektif adalah kemampuan untuk menghasilkan perubahan yang diharapkan dari kemampuan dan persepsi siswa. Lebih jauh, Popham dan Baker menjelaskan bahwa proses belajar mengajar yang efektif tergantung pada pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan proses belajar mengajar.
Sedangkan Alatis dan Altman (1981: 44) mengusulkan bahwa untuk memaksimalkan keefektifan, seorang guru perlu memahami ketidaksesuaian antara apa yang dibawa siswa dalam situasi pembelajaran bahasa yang formal dan tuntutan yang diminta oleh guru dan teks, tuntutan sistem ujian, dan harapan untuk prospek ke depan.
Ahli lain, McWhorter (1992: 3) menyatakan bahwa efisiensi adalah kemampuan untuk menunjukkan sesuatu dengan sedikit usaha, biaya, dan pengeluaran. Efisiensi mencakup penggunaan waktu dan sumber daya secara efektif untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Sebagai kesimpulan, ada dua hal utama yang diperlukan untuk mencapai proses belajar mengajar yang efektif. Pertama, harus ada kegiatan analisis kebutuhan siswa. Kebutuhan siswa adalah hubungan antara kemampuan dan harapan siswa dari proses pembelajarannya. Kedua, harus ada gambaran seperti apa sistem ujian yang dipakai. Jadi, harus ada kesesuaian antara kebutuhan siswa dan sistem ujian. 

Pembelajaran Reading

Carrel dkk (1988: 12) menyatakan bahwa reading adalah kemampuan bahasa yabg reseptif. Maksudnya adalah proses psikolinguistik dimana hal ini dimulai dengan perwujudan unsur kebahasaan yang disandikan oleh penulis dan diakhiri dengan makna yang dibentuk oleh pembaca.
Reading (membaca) yang efektif adalah kemampuan seseorang untuk membentuk makna dari teks yang sesuai dengan maksud penulis. Seseorang dikatakan mempunyai kemampuan membaca secara efisien jika dia mampu menggunakan waktu yang tersedia dengan efektif untuk membaca dan memahami makna yang terkandung pada bacaan. 

Pembelajaran Writing

Menurut Borowich (1996: 13), untuk melakukan kegiatan writing (menulis) yang efektif diperlukan banyak waktu, atau bahkan bisa dikatakan pemborosan waktu. Seorang penulis membutuhkan waktu yang longgar untuk mengekspresikan gagasan, menyusunnya, dan menulis ulang sehingga menghasilkan tulisan yang baik. Harmer (1983: 48) menuliskan bahwa dalam mengajarkan writing, guru harus mempertimbangkan beberapa hal, misalnya penyusunan kalimat menjadi paragraf, bagaimana paragraf digabungkan, dan pengelompokan gagasan sehingga menjadi tulisan yang koheren.
Dengan mengacu pada teori-teori di atas, seorang penulis akan menghabiskan banyak waktu untuk menghasilkan tulisan yang baik. Penulis melakukan berbagai langkah, mengungkapkan gagasan, menyusun dan menulis ulang gagasan tersebut. Efisiensi dapat diperoleh apabila penulis mempunyai konsep yang jelas sebelum memulai kegiatannya. Menulis secara efektif dan efisien akan menghasilkan tulisan yang baik yaitu tulisan yang koheren. 

Pembelajaran Listening

Harmer (1983) menyatakan bahwa listening (mendengarkan) sebagai suatu keterampilan berbeda dengan writing. Dalam listening, pendengar tidak dapat melihat apa yang dia dengarkan, tetapi hanya bisa mendengarkannya. Harmer juga menjelaskan tentang kriteria materi untuk listening. Menurutnya, dengan melihat kesulitan yang ada dalam materi listening, kita akan mempunyai gambaran untuk menanganinya. Pertama, kita harus memahami materi seperti apa yang ingin didengarkan oleh siswa. Kedua, jika memungkinkan, guru memberikan bantuan kepada siswa untuk memahami teks. Yang terakhir dan mungkin yang paling penting, kita harus yakin pada kualitas tape recorder yang kita gunakan untuk kegiatan listening.

Pembelajaran Speaking

Menurut Finnochiaro dan Bonomo (1973: 110), untuk menumbuhkan minat dan mendorong komunikasi, percakapan sederhana harus diikutsertakan pada awal pembelajaran, lagu harus diajarkan, cerita harus diperkenalkan sehingga siswa dapat meresponnya. Tetapi, pada waktu yang bersamaan juga harus diajarkan tentang unsur-unsur bahasa yang lainnya, seperti grammar dan pronunciation.

Sedangkan Robinett (1978) menjelaskan bahwa aktifitas lisan akan lebih bisa dikendalikan, atau dengan kata lain lebih bebas. Dia juga menyatakan bahwa harus diperhatikan juga masalah yang berkaitan dengan pengucapan (pronunciation) pada waktu mengajarkan speaking.Kesimpulannya, pembelajaran speaking (berbicara) tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari terutama berkaitan dengan komunikasi yang dilakukan setiap hari. Untuk mencapai pembelajaran speaking yang efektif, proses pembelajaran harus berhubungan dengan percakapan yang autentik. Selain itu guru juga harus bisa mendorong siswa untuk mengekspresikan gagasannya dalam kelas. Dalam pembelajaran speaking, grammar (termasuk kosakata dan structure) sebaiknya diajarkan selangkah demi selangkah sehingga siswa dapat mengikuti dengan baik dan akan tercapai hasil sesuai yang diharapkan.